Pada zaman dahulu, di sebuah istana yang sangat megah, ada seorang pangeran yang sangat tampan. Akan tetapi, sifatnya sangatlah egois dan sering semena-mena terhadap rakyatnya.
Suatu hari, ada penyihir mendatangi istana itu. Ia ingin meminta salah satu bunga mawar yang ada di taman istana. Akan tetapi, sang Pangeran tak mengizinkan penyihir itu mengambil mawar.
“Kau tak boleh mengambil mawar itu! Wajahmu buruk, tak layak memiliki bunga yang cantik,” kata Pangeran yang jahat itu.
Sang Penyihir merasa sakit hati dengan ucapan itu. Dengan kekuatan sihirnya, ia mengutuk sang Raja menjadi monster yang mengerikan. Lalu, si Penyihir itu meninggalkan mawar yang telah diberi mantra.
“Karena kesombonganmu, aku mengutukmu menjadi makhluk mengerikan. Aku akan meninggalkan mawar berisi mantra ini. Kamu harus menemukan cinta sejati sebelum kelopak mawar terakhir terjatuh. Jika tidak dapat menemukannya, kamu akan menjadi monster selamanya,” ucap Penyihir itu.
Tak hanya Pangeran saja yang disihir, para pengawal istana pun juga terkena sihir. Mereka dikutuk menjadi benda-benda di istana, seperti teko, sapu, gelas, dan berbagai macam lainnya.
Sementara itu, di sebuah desa, ada seorang perempuan yang teramat cantik bernama Belle. Tak hanya cantik saja, ia juga terkenal ramah, pintar, dan baik hati. Ia tinggal bersama dengan ayahnya yang sudah tua.
Belle gemar membaca buku dan bernyanyi. Ia punya cita-cita mempunyai petualangan yang seru seperti petualangan yang diceritakan di buku-buku kesukaannya.
Kepintaran dan kecantikan Belle membuat para pria jatuh hati padanya. Namun, tak ada satu pun pria yang membuatnya tertarik. Ada satu pria yang terus-terusan mengganggu dan gigih mendekati serta ingin menikahi Belle.
Nama pria itu adalah Gaston. Ia adalah seorang pemuda yang gagah dan tampan di desa. Namun, ketampanannya tak cukup membuat Belle jatuh hati. Ditambah lagi, Gaston mempunyai kepribadian yang buruk. Ia sangat sombong dan kerap menyepelekan orang lain.
Suatu hari, Gaston melihat Belle sedang asyik membaca buku. Lalu, pria angkuh itu berkata, “Tidak pantas bagi seorang wanita membaca buku. Kau harusnya sibuk merias diri dan memasak di dapur. Jadi wanita tak perlu terlalu cerdas,” ucap Gaston.
Sontak perkataan itu membuat Belle tersinggung. Sehingga, ia kerap mengabaikan Gaston. Bagi wanita cantik ini, membaca adalah hal yang penting guna membuka dan memperluas wawasan.
Kepintaran Belle merupakan keturunan dari sang ayah, Maurice. Ayahnya adalah seorang penemu yang telah membuat beragam benda-benda bermanfaat baru. Penemuan terakhir Maurice adalah alat pemotong kayu otomatis.
Karena itu, ia mengikuti sebuah kontes pameran daerah yang pesertanya adalah penemu-penemu dari penjuru negeri. “Ayah, aku yakin kau bisa menjadi juara satu. Kau sangatlah pandai dan penemuanmu ini sangat berguna untuk para masyarakat,” ucap Belle menghibur ayahnya.
“Terima kasih, Anakku tersayang". Doakan ayah agar bisa memenangkan kontes ini. Selama Ayah pergi, jagalah dirimu baik-baik,” ucap sang Ayah.
“Baik, Ayah! Ayah bisa mengandalakanku. Aku bisa menjaga diri dengan baik,” ucap Belle menenangkan sang Ayah.
Keesokan harinya, Maurice berangkat menuju ke kontes menaiki kudanya. Sayangnya, ia tersesat di dalam sebuah hutan belantara. Ia tak yakin apakah jalan yang ia tempuh benar atau tidak.
Saat hari mulai gelap, tiba-tiba saja ada serigala yang mengejar Maurice. Ia lalu berlari sekuat tenaga agar terhindar dari serangan binatang buas itu. Kemudian, sampailah ia ke sebuah gerbang kastil. Para serigala itu tak berani mendekat.
Karena penasaran, Maurice pun memasuki pekarangan kastil itu dengan sangat hati-hati. Kastil itu tampak sangat sepi, tapi ia tetap takut jika ada makhluk mengerikan yang tinggal di dalamnya.
Ketika hendak membuka pintu kastil, tiba-tiba saja ada monster yang sangat mengerikan menghadangnya. Pria tua itu merasa ketakutan. Monster itu pun sebenarnya juga merasa tak aman.
Ia berpikir Maurice datang untuk memburunya. Karena itu, ia sangat marah dan mengunci Maurice ke dalam sebuah penjara. Merasa pemiliknya sedang tak aman, kuda milik pria itu pun berlari dari kastil menuju ke rumah.
Setibanya kuda itu di rumah, betapa terkejutnya Belle karena Maurice tidak menungganginya. Setelah sempat panik, Belle lalu menunggangi kuda itu dan memintanya tuk membawa ke tempat ayahnya berada.
Belle sangat terkejut ketika kuda itu membawanya ke sebuah kastil yang sangat besar, tapi kurang terawat. “Benarkah ayahku masuk ke dalam kastil ini?” ucap Belle pada kudanya. Kuda itu menganggukkan kepalanya.
Lalu, Belle masuk pelan-pelan ke kastil itu dan memanggil-manggil ayahnya. “Ayah, ayah! Kau di mana? Aku datang untuk menjemputmu,” teriaknya.
Betapa terkejutnya Belle karena ia melihat ayahnya di penjara. Ayahnya tak dapat bicara karena mulutnya disekap oleh sang Monster. Kedua tangan dan kakinya juga diikat.
Mendengar suara Belle, Monster itu pun mendekatinya. “Sedang apa kau kemari?” tanya Monster itu.
“Aku ingin membebaskan ayahku. Tolong biarkan ia pergi. Ia sudah terlalu tua. Sebagai gantinya, jadikan aku sebagai tawananmu,” ucap Belle memohon.
“Baiklah kalau begitu! Sebagai ganti ayahmu, kau harus menuruti segala permintaanku,” ucap Monster itu.
Sang ayah sempat menolak ide Belle. “Anakku, kenapa kau menggantikanku? Ayah sudah tua, biarkan ayah yang mati. Jangan dirimu,” ucap sang Ayah sambil menangis.
“Tak usah khawatir, Ayah. Aku akan tetap sehat dan tak akan mati. Ayah segeralah pulang, aku akan menyelamatkan diriku,” ucap Belle.
Dengan berat hati, sang Ayah pun pulang dengan kudanya dan meninggalkan Belle sendiri di kastil menyeramkan itu. Sepanjang perjalanan, sang ayah menangis karena tak sanggup meninggalkan anaknya.
Pada malam pertama tinggal di kastil, sepanjang malam Belle menangis. Ia tak tahu harus berbuat apa. Untung saja, Monster itu tak mengurungnya di dalam penjara. Ia tinggal di salah satu kamar kastil itu.
Bahkan, Pangeran berwujud monster itu juga mengundang Belle untuk makan malam bersama. Akan tetapi, Belle menolak. Ia tak ingin berada dekat-dekat dengan si Monster.
Tiba-tiba saja, ada suara menyapa Belle di kamar. Wanita pintar itu terkejut karena suara berasal dari teko, jam dinding, lilin, dan sapu yang dapat bicara.
“Jangan menangis, Tuan Putri cantik. Kami akan senantiasa menemanimu saat kau di kastil ini,” ucap Teko.
“Kastil ini sangat ajaib. Bagaimana bisa sebuah teko bisa bicara?” tanya Belle keheranan.
Lilin lalu menjelaskan bahwa benda-benda yang bisa bicara di istana ini sebenarnya adalah pengawal yang mendapat kutukan dari penyihir jahat. Namun, mereka tak mengatakan bahwa sang Monster adalah pangeran yang sebenarnya berwajah tampan.
Mendengar cerita itu, Belle sangat sedih dan memeluk para pengawal kastil. Lalu, mereka menceritakan kisah-kisah lucu pada Belle agar ia tak sedih lagi. Wanita itu pun bisa tertawa lepas mendengar cerita para pengawal istana.
Ia melewatkan malam di kastil yang menyeramkan ini dengan cerita-cerita lucu para pengawal. Bahkan, ia sampai lupa kalau Monster mengajaknya makan malam bersama.
Karena Belle tak datang, Monster itu pun merasa frustasi. Pasalnya, ia berharap wanita itu bisa membebaskannya dari kutukan penyihir. Artinya, ia berharap Belle jatuh hati padanya.
“Kau harus bersabar, Tuan. Jika ingin dia jatuh cinta padamu, kau harus berbuat baik,” ucap Sapu saat mengetahui Monster mengaum karena frustasi.
“Mana bisa aku berbuat baik dengan tubuh dan wajahku yang menyeramkan ini?” tanya Monster kesal.
“Tuan pasti bisa,” ucap Sapu menyemangatinya.
Pada suatu malam, Belle berjalan-jalan mengelilingi kastil. Tak sengaja, ia menemukan mawar yang ditinggalkan oleh penyihir kejam. Karena penasaran, Belle mendekati mawar itu.
Beberapa kelopaknya sudah berjatuhan. Hanya tinggal sedikit kelopak yang masih berada di mawar itu. Karena penasaran, Belle hendak memegangya.
Saat hampir memegangnya, si Monster tiba-tiba muncul dan meraih mawar yang berharga itu. Ia lalu berteriak pada Belle dengan sangat kencang, “Kenapa kau kemari?”
“Maafkan aku, karena bosan. Aku jalan-jalan di kastil ini. Lalu, aku tersesat dan salah memasuki…” ujar Belle.
Ia belum mengakhiri penjelasannya, tapi si Monster berteriak padanya. “Aku tak mau mendengar ucapanmu! Sekarang keluarlah kau dari sini!” ucap Monster mengusirnya.
Belle lalu melarikan diri dari kastil. Ia menangis ketakutan. Tiba-tiba saja, ia diserang oleh serigala yang dulu sempat menyerang ayahnya. Belle berteriak meminta tolong.
“Tolong, tolong! Siapa pun, aku mohon tolonglah aku,” Belle berteriak minta tolong.
Karena belum jauh dari istana, si Monster mendengar suara teriakan itu. Ia lalu berlari ke arah sumber suara dan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan Belle. Ia bertarung dengan serigala-serigala itu dengan sekuat tenaga.
Beruntung, ia berhasil membunuh para serigala dan menyelamatkan Belle. “Terima kasih, karena kau sudah menolongku,” ucap Belle terharu. Lalu, ia kembali ke kastil karena tak ingin menghadapi kejadian buruk lagi.
Sejak saat itu, Belle mulai melihat kebaik hati si Monster. Di istana, tak jarang mereka saling tersenyum dan menyapa. Walaupun si Monster terkadang menunjukkan sisi menyeramkan, Belle tetap percaya Monster adalah sosok yang baik hati.
Bahkan, wanita berambut coklat ini memberanikan diri untuk mendekati Monster untuk menyembuhkan luka di tangan akibat gigitan serigala. Meski berulang kali mengaung tak ingin diobati, Belle tetap memaksanya untuk menuruti perintahnya.
Pada suatu hari, si Monster itu memberanikan diri untuk mengajak makan malam Belle. Kali ini, si Monster tidak mengajak dengan cara kasar. Secara halus dan pelan, ia memohon Belle untuk makan malam dengannya.
“Bell, malam ini, aku ingin mengajakmu makan malam. Maukah kamu makan malam denganku?” tanya si Monster.
“Baiklah, karena kau sudah menyelamatkanku. Aku akan menerima tawaranmu makan malam,” jawab wanita cantik itu.
Sebelum makan malam, Belle menemui para pengawal istana untuk meminta pendapat mereka. “Teman-teman, nanti malam aku menerima ajakan Monster untuk makan malam bersama. Apakah keputusanku salah?” tanya Belle.
“Hmmm, keputusanmu sudah benar Bell. Kamu tak salah. Sesekali, cobalah lihat kebaikan hati Tuan kami. Percayalah, ia tak akan menyakitimu,” ujar Sapu.
“Iya, Nona Cantik. Kami akan mengawasimu, jika Tuan kami berbuat kasar, kami akan melindungimu,” imbuh Teko.
“Terima kasih teman-teman,” ujar Belle.
Kemudian, sebuah lemari ajaib mendekati wanita cantik yang gemar membaca ini. “Bell, bukalah pintuku. Ada gaun cantik yang bisa kamu pakai untuk makan malam,” ujar Lemari.
“Emm, tapi, untuk apa aku memakai gaun cantik?” tanya Belle.
“Anggap saja, kamu memakai gaun cantik ini agar terlihat anggun dan mempesona. Siapa tahu, Tuan kami teralihkan oleh kecantikanmu,” ujar Lemari.
“Baiklah, Nona Lemari. Aku akan memakai gaun ini agar tampak cantik. Tujuanku adalah untuk membalas kebaikannya,” ujar Belle.
Di sisi lain, si Monster sedang menunggu Belle di ruang makan. Ia tampak gugup dan gelisah. “Apakah ia akan datang?” tanyanya pada Lilin.
“Aku pikir ia akan datang, Tuan. Mungkin saat ini ia sedang bersiap-siap,” jawab Lilin.
“Menurutmu, sikap seperti apa yang harus aku tunjukkan pada Bell untuk memikat hatinya?” tanya Monster.
“Mungkin kau harus bersikap ramah dan lembut padanya. Cobalah untuk tersenyum,” pinta Lilin.
Saat Monster ternsenyum, Lilin pun tertawa. “Tuan, kenapa gigimu sangatlah tajam. Aku yakin Belle akan takut melihat senyumnya,” ucap Lilin keceplosan bercanda dengan tuannya.
Ia lalu tersadar bahwa leluconnya bisa saja menyakiti perasaan monster itu. “Ma.. maafkan aku, Tuan. Aku tak bermaksud membuatmu tersinggung,” ucap Lilin.
Tanpa disangka, respon Monster justru biasa saja. Ia bahkan tertawa dengan lelucon yang Lilin itu ucapkan. “Hahaha, iya benar saja. Taringku ini memang tampak menyeramkan. Kalau begitu, aku tak akan menunjukkan taring-taringku ini,” ucap Monster.
Lilin dan barang-barang hidup lainnya terkejut melihat respon si Monster. Mereka tak menyangka bila Tuan yang selama ini selalu bersikap kasar dan kerap marah, tiba-tiba tertawa.
“Emm, Tuan, bagaimana kalau kau nanti mengajak Bell untuk berdansa?” ujar Lilin. “Barangkali hal itu bisa membuatnya jatuh hati,” imbuhnya.
Belum sempat Monster itu menjawab pertanyaan Lilin, Belle masuk ke ruang makan. Monster terkesima dengan kecantikannya. Mereka pun makan malam dengan tenang dan sesekali mereka bercanda tawa.
Usai makan malam bersama, Monster mengajak wanita cantik itu untuk berdansa. “Belle, emmm,” ucapnya ragu-ragu.
“Ada apa, Tuan? Kau mau membicarakan sesuatu,” tanya Belle penasaran.
“Sebenarnya, aku…” ucapnya terhenti.
“Ya?” jawab Belle ingin mengetahui ucapan Monster itu.
“Emm, aku ingin mengajakmu berdansa. Maukah kau berdansa denganku?” tanya Monster itu dengan wajah yang memerah.
“Hahahaha, ternyata kau ingin mengajakku berdansa? Wajahmu terlihat merah. Kau tampak lucu dan menggemaskan,” jawab Belle meledek.
Monster terlihat semakin malu. Ia lalu menjawab, “Jadi, maukah kau berdansa denganku?”.
“Tentu saja aku mau,” ucap Belle.
Mendengar jawaban Bell, tak hanya Monster yang bahagia, tapi seluruh pengawal istana yang dikutuk menjadi benda-benda itu pun turut berbahagia. Alunan musik romantis pun mulai terdengar. Kemudian, Monster dan Belle berpegang tangan untuk berdansa.
Sembari berdansa, Monster bertanya, “Belle, apa keinginanmu selama ini?” tanyanya.
“Keinginanku? Emm, tak banyak. Aku hanya ingin bisa membaca buku sebanyak mungkin. Lalu, aku akan berpetualang dengan buku-buku yang aku baca,” ucap Belle.
“Wah, mimpimu sangat luar biasa hebat,” jawab Monster.
Mengingat Gaston pernah berkata bahwa wanita tak seharusnya membaca buku, Belle merasa senang mendengar respon dari monster itu. Karena hari sudah semakin malam, mereka pun mengakhiri dansa dan kembali ke kamar masing-masing.
Mereka sangat menyukai momen makan malam ini. Bahkan, Monster tak bisa tidur. Ia jatuh cinta pada Belle dan berharap ia juga menyukainya.
Setelah makan malam dan dansa itu, Monster dan Belle semakin dekat. Setiap hari, mereka bermain bersama. Para pengawal istana pun ikut bahagia melihat kedekatan mereka.
Di suatu pagi yang cerah, tiba-tiba saja Monster meminta Belle untuk menutup matanya. “Belle, tutuplah matamu, aku akan menunjukkan sesuatu padamu,” ucap pria menyeramkan itu.
“Apa yang akan kau tunjukkan padaku? Kenapa aku harus menutup mata?” tanya Bell penasaran.
“Aku punya sesuatu yang akan membuatmu senang. Sekarang, tutuplah matamu dulu,” jawab pria itu.
“Baiklah,” ujar Belle sambil menutup matanya.
Lalu, pria itu membawanya ke sebuah ruangan tersembunyi di dalam istana. “Sekarang, bukalah matamu,” kata si Monster.
Saat membuka mata, betapa terkejutnya Belle melihat ruangan perpustakaan yang berisi buku-buku dengan berbagai macam judul. “Wah, banyak sekali bukunya. Aku tak menyangka kau punya perpustakaan seluas ini,” ucap Bell kagum.
“Iya, kau bebas membaca buku di sini. Kau bisa membacanya kapan pun kamu mau,” ucap Monster.
“Benarkah? Terima kasih banyak!” ucap Belle sambil memeluk Monster.
Sesaat setelah berpelukan, mereka tiba-tiba merasa canggung. Untuk mencairkan suasana, Monster mengambil salah satu buku dan meminta Belle untuk membacakannya.
Dengan mengendarai kuda, Belle lalu kembali ke rumah. Ia pun memeluk ayahnya dengan sangat erat. “Ayah, aku sangat merindukanmu,” ujarnya.
“Anakku, akhirnya kau pulang juga. Aku sepanjang malam memimpikanmu. Setiap hari, aku datang ke hutan untuk mencari istana itu, tapi aku tak pernah menemukannya, maafkan ayahmu,” ujar sang Ayah.
“Tak mengapa ayah. Orang-orang di istana itu baik kepadaku. Bahkan, mereka punya perpustakaan yang sangat besar,” ucap Belle.
Rupanya, Gaston diam-diam mendengarkan ucapan Belle pada ayahnya. Ia merasa cemburu dan ingin menyerbu istana itu. “Tak bisa kubiarkan, aku harus menghancurkan istana tersebut,” ucap Gaston dalam hati.
Setelah semalaman di rumah, Belle pun ingin kembali ke istana pagi hari. “Ayah, aku ingin mengunjungi istana itu. Aku ingin membawakan buah-buahan ini untuk mereka. Bolehkah aku ke sana, Yah? Aku jamin aku bisa kembali ke rumah,” ujar Belle.
“Tentu saja, Nak. Berhati-hatilah di jalan.” ucap sang Ayah.
Belle pun mengendarai kuda dan menuju ke istana. Ternyata, Gaston dan para prajurit pun diam-diam mengikuti wanita itu. Mereka ingin menghancurkan istana dan membunuh monsternya.
Sesampainya di istana, Gaston tiba-tiba menyekap Belle. Para prajurit lalu berusaha menghancurkan istana. Namun, para pengawal istana berhasil menggagalkan upaya mereka. Kemudian para pengawal membebaskan Belle.
Di sisi lain, Gaston datang menghampiri Monster dan menghunuskan panah tepat ke dadanya berulang kali. Monster itu melawan dengan sisa tenaganya. Namun, Gaston berhasil menghindar.
Sampai akhirnya, mereka tiba di puncak menara. Sang Monster mengaung dan mendorong Gaston hingga terjatuh dan mati. Karena panah masih menancap di dada, Monster tak kuasa menahan sakitnya. Darah tak berhenti mengalir.
Ia pun terkulai lemah. Belle lalu memeluk si Monster dan menangis. “Maafkan aku, Tuan. Kalau aku tak kemari, mungkin mereka tak mengikutiku. Kumohon bertahanlah, jangan tinggalkan aku,” ucap Bell sambil menangis terisak.
Dengan kekuatan terakhirnya, Monster itu pun berkata lirih, “Hiduplah dengan bahagia Belle, aku mencintaimu.” Lalu, Belle pun menjawab, “Aku juga mencintaimu,” ucapnya sambil memeluk Monster.
Saat Belle menjawab cinta si Monster, kelopak mawar terakhir pun terjatuh. Lalu, hujan bunga pun memenuhi udara. Tiba-tiba saja, si monster itu berubah menjadi pangeran tampan.
Benda-benda ajaib pun berubah menjadi manusia. Akhirnya, Belle menjadi permaisuri dari pangeran tampan itu. Istana pun berubah menjadi hangat dan ceria.
0 Komentar